Helikopter Besar Di Dunia


NH90




Quote:
Saat ini versi modern dan terbarunya masih digunakan di seluruh dunia. Terbukti mampu menghubungkan lokasi-lokasi yang tidak mungkin atau sulit dijangkau. Chinook mampu mengangkut kargo seberat 28.000 pounds (14 ton).



MI-6




Quote:
Raksasa lainnya adalah Mi-6, buatan biro desain Soviet Mikhail Mil . Dibuat di tahun 50-an, Mi-6 sosoknya memang seperti monster. Meski bentuknya tidak seaneh Chinook, monster ini mampu mengangkut barang bawaan seberat 26.000 ton (12 ton). Helikopter ini termasuk yang paling populer di Soviet dan hingga kini beberapa diantaranya masih digunakan.


MI-10

Quote:
Meski Chinook kelihatan aneh dan Mi-6 begitu besar, sosok helikopter-helikpoter besar lainnya dibuat tidak lagi mementingkan ukurannya kecuali bentuknya saja yang semakin aneh. Lihatlah sosok Mi-10. Dibuat berbasiskan Mi-6 dengan 4 kaki monsternya yang mencolok, jadinya mirip capung raksasa.



XH-17


Bukan Amerika namanya kalau tidak menciptkan helikopter yang juga besar seperti punya Soviet. Mungkin karena didesain oleh Hughes, helikopter XH-17 ini benar-benar besar dan menakutkan.


MI V-12


Selain capung raksasa seperti Sky Crane dan MI-10, lihat juga sosok pesawat ini yang sebenarnya mirip-mirip pesawat terbang biasa. Tapi ada rotor baling-baling utama, baling-baling ekor, juga bodi pesawat, dan monster yang dinamakan Mil V-12 ini memang lain daripada yang lain:




M-12


Memang monster ini punya baling-baling, tapi di M-12 baling-baling ini diletakkan di sisi samping bodinya yang besar. Aneh kan? Sampai saat ini helikopter inilah yang dianggap sebagai yang terbesar di dunia. Seberapa besar ? Lebarnya sama dengan Boeing 747, tapi tidak seperti 747 yang membutuhkan landasan panjgan, M-12 mampu take-off secara vertikal dan pada saat yang sama menarik beban seberat 55.000 pounds atau bahkan 80.000 pounds.


MI-26



Quote:
Jangan coba-coba mendekati monster yang satu ini ketika baling-balingnya berputar. Batu-batu berdiameter 12 inch saja bisa diterbangkan seperti daun. Kru-nya berjumlah 6 orang, NATO menyebutnya "Halo", mega helikopter ini mampu mengangkut 70 penumpang atau sebuah laboratorium di udara, atau sebuh dump-truck, dengan masih menyisakan ruang. Saat dibandingkan dengan Chinook, Mi-26 jelas lebih besar. Lihat modelnya berikut ini:



Bonus


Quote:
CH-54 Tarhe sedang mengangkut F-4 Phantom II yang rusak


CH-54 Sikorsky S-64 Skycrane

Fairey Rotodyne, 1959, digembar-gemborkan sebagai "Airline dengan vertical take-off pertama di dunia" (proyeknya dihentikan 1962) dan merupakan airline pertama di dunia yang menggunakan helikopter: New York Airways, 1953


"Pada 8 Juli 1953, perusahaan New York Airways menjadi yang pertama kali melayani penumpang dengan menggunakan helikopter. Beroperasi seperti dengan gaya sebuah perusahaan bis, helikopter-helikopter ini terbang dari lokasi-lokasi seperti La Guardia Airport, New York International Airport, Neward Airport, West 30th Street di Manhattan, White Plains, dan Stamford sepanjang hari"

 cekibrot..



AH-64 Longbow





Heli-heli dari Resimen Udara Operasi Khusus ke-160 AH-6 Little Bird memberondongkan minigun kaliber 7,62 mm dan roket kaliber 70 mm untuk memukul mundur gerombolan milisi. Sesekali AGM-114 Hellfire dimuntahkan. Namun belum cukup ampuh untuk memukul mundur milisi pro Mohammed Fahra Aideed. Para milisi tetap merubungi bangkai helikopter MH-60L/K Black Hawk dari Resimen ke-160 yang rontok disengat RPG. Pilotnya dikeroyok, dipukuli dan diarak keliling kota. Kisah keperkasaan Resimen ke-160 yang kesohor dengan gelar Night Stalkers di Mogadishu 3 Oktober 1993, diangkat ke layar lebar di bawah titel Black Hawk Down.

Diawali dari Perang Vietnam, penggunaan helikopter sebagai kavaleri udara bersenjata semakin meningkat 20 tahun terakhir. Dari sekadar senapan mesin kaliber 12,7 mm yang digotong, rudal pun saat ini jadi pilihan utama. Mulai rudal udara ke udara maupun rudal antitank. Daftarnya bisa seabrek, sebut beberapa mulai dari FIM-72 Stinger, AIM-9 Sidewinder, Strela 3, AT-6 Spiral, atau AGM-114 Hellfire.

Hingga detik ini, kalangan pabrikan dan militer sejagat masih sepakat pada tiga kategori senjata helikopter: rudal, senapan, dan roket. Bedanya dengan pesawat fix wing hanya pada satu hal, yaitu tidak mampu membopong bom.

Sejarah helikopter mampu membawa rudal berawal dari akhir 1950, ketika heli-heli (rotorcraft) AS dan Prancis sukses menembakkan Nord-Aviation SS-10 wire-guided weapon. Hanya saja, versi awal ini seperti halnya rudal AS-11 (Prancis) dan AT-2 Swatter dan AT-3 Sagger (keduanya Rusia), relatif lambat dan sangat rentan menghadapi target terbang. Generasi keduanya seperti Hughes BGM-71 TOW dan Euromissile HOT (Prancis), jauh lebih gesit dan sudah digunakan sebagai arsenal udara ke udara dalam Perang Irak-Iran. Iran dengan Bell AH-1 Cobra, Irak menggunakan Mi-24 Hinds. Masih lagi bisa disebut gara-gara mumpuni kecepatan adalah AGM-114, AT-6, Euromissile TRIGAT, AT-9 Whirlwind, dan Armscor Atlas ZT-3 Swift. Tak melulu jago di udara, AGM-114 dengan kecepatan 280 meter per detik misalnya, juga andal menguntit target di darat.

AL AS dikenal sebagai angkatan pertama yang mengaktifkan rudal di heli. Cobra kala itu dipasangkan dengan AIM-9L/M berkecepatan Mach 2,5 untuk menghadapi pesawat tempur maupun heli tempur sejenis. Namun saat ini, kebanyakan heli tempur dipersenjatai rudal Stinger berpenuntun infra merah. Heli OH-58D AD AS malah mematok Stinger dengan pembidik HUD (head up display) Thompson CSF VLT 100. Sementara heli PAH-1 (BO-105) Jerman dilengkapi rudal sekelas TY-90 ini untuk antitank.

Keampuhan rudal seberat 35 pon (15,8 kg) satu ini tak perlu diragukan lagi. Lusinan helikopter Hind dan Hip Soviet pernah dibuat rontok selama Perang Afghanistan-Soviet. Saat itu pengoperasiannya masih dipanggul di bahu. Karena keberhasilan itulah, dalam perkembangan selanjutnya Stinger menjadi senjata utama udara ke udara heli RAH-66 Comanche dan pesawat-pesawat AD AS.

A-129 Mangusta





Tak ketinggalan AD Cina seperti dilaporkan AirForces Monthly Juli 2002, akan mempersenjatai heli serang Harbin Z-9/Z-10 dengan rudal infra merah TY-90 berkecepatan Mach 1,75 dengan jangkauan maksimal 4.000 m. Polandia dilaporkan mempersenjatai Mi-24 dengan R-60 (AA-8 Aphid), dan memperkuat struktur sayap dan mesin Mi-28 dan Ka-50 untuk membawa rudal R-73 seberat 125 kg.

Walaupun sangat mumpuni, rudal-rudal berpenuntun infra merah (infra-red guided air to-air-missiles) ini tetap saja memiliki keterbatasan. Permasalahan muncul ketika membidik target terbang di tengah kecamuk perang. Pilot mesti memperdekatkan jarak dengan heli lawannya yang justru membahayakan. Keterbatasan lainnya termasuk memastikan rudal lock-on sebelum ditembakkan, yang mana saat bersamaan akan gampang dikenali karena lapisan atmosfer pada minimum penembakkan dengan jarak 500 m (1.640 kaki). Posisi target juga mesti dihitung akurat, jika tidak ingin kehabisan bahan bakar. Total amunisi yang dibawa juga mesti diimbangi pengurangan bahan bakar.

Selanjutnya, yang jadi perhatian pabrikan dan pengguna adalah drag yang timbul akibat penempatan persenjataan ini. Tidak heran bila pada heli-heli futuristik yang mangadopsi teknologi siluman, mengharuskan semua persenjataan disembunyikan di perut pesawat. Dengan besarnya drag serta bahan bakar terbatas, memaksa pilot harus pintar-pintar membuat manuver yang aman.

Arsenal lain yang penting bagi helikopter adalah senapan mesin/kanon dan roket. Tak kalah hebat dengan rudal, persenjataan seperti roket juga memegang peran penting dalam pertempuran udara modern. Konsep awalnya roket digunakan untuk membidik target di darat, pun bergeser bisa memainkan peran dalam perang udara. Heli-heli Apache, Cobra, Warrior rata-rata membopong satu tabung peluncur berisi 7, 12, atau 19 roket. Salah satu yang kesohor roket Zulu. Korbannya dua A-4 Skyhawk masing milik AS di Perang Vietnam dan Israel dalam Perang Yom Kippur.




Apa itu helicopter?


Helikopter adalah sebuah pesawat yang mengangkat dan terdorong oleh satu atau lebih rotor (propeller) horizontal besar. Helikopter diklasifikasikan sebagai pesawat sayap-berputar untuk membedakannya dari pesawat sayap-tetap biasa lainnya. Kata helikopter berasal dari bahasa Yunani helix (spiral) dan pteron (sayap). Helikopter mesin diciptakan oleh penemu Slovakia Jan Bahyl.
Dibandingkan dengan pesawat sayap-tetap lainnya, helikopter lebih komplex dan lebih mahal untuk dibeli dan dioperasikan, lumayan lambat, memiliki jarak jelajah dekat dan muatan yang terbatas. Sedangkan keuntungannya adalah gerakannya; helikopter mampu terbang di tempat, mundur, dan lepas landas dan mendarat secara vertikal. Terbatas dalam fasilitas penambahan bahan bakar dan beban/ketinggian, helikopter dapat terbang ke lokasi mana pun, dan darat di mana pun dengan lapangan sebesar rotor dan setengah diameter. Landasan helikopter disebut helipad.



Prinsip Kerja Helicopter
Helikopter bisa terbang karena gaya angkat yang dihasilkan oleh aliran udara yang dihasilkan dari bilah-bilah baling-baling rotornya. Baling-baling itu yang mengalirkan aliran udara dari atas ke bawah. Aliran udara tersebut sedemikian deras sehingga mampu mengangkat benda seberat belasan ton. Teorinya sebenarnya sederhana namun prakteknya rumit.
1. Airfoil


Quote:
Pada dasarnya, prinsip dasar terbang dari pesawat bersayap tetap (fixed wing) dengan helikopter yang dikenal juga pesawat bersayap putar pada dasarnya tetap. Kuncinya ada pada dua kekuatan besar yang bekerja terpadu, menghasilkan gaya angkat dan daya dorong yang besar.
Pada pesawat bersayap tetap Kekuatan pertama dihasilkan oleh aliran udara di permukaan sayapnya yang membentuk sudut datang tertentu dengan flap yakni sayap kecil di belakang sayap yang posisinya ditegakkan. Sehingga aliran udara mengalir deras ke belakang bisa diarahkan balik ke atas. Udara yang mengalir di permukaan sayap bagian bawah menekan permukaan sayap yang relatif datar itu ikut menekan ke atas menimbulkan gaya angkat dan menyebabkan pesawat terangkat ke atas. Paling kurang 15 persen dari seluruh gaya yang dihasilkan, dipergunakan untuk mengangkat badan pesawat ke atas.
Kekuatan besar lainnya adalah gaya dorong yang dihasilkan aliran udara yang ada di permukaan sayap bagian atas yang bentuknya relatif lengkung. Ketika aliran udara yang dihasilkan oleh mesin mengalir ke belakang dan melalui sayap utama maka aliran udara itu terpecah. Aliran udara yang mengalir di atas permukaan sayap bagian atas lebih deras dari aliran udara yang menerpa di permukaan sayap bagian bawah. Tetapi tekanan udara yang mengalir deras di atas permukaan sayap atas, relatif lebih kecil dibanding dengan tekanan udara di permukaan sayap bagian bawah yang justru alirannya kurang deras. Perbedaan tekanan udara ini yang menyebabkan sayap pesawat terangkat ke atas. Untuk membayangkan seberapa besar gaya angkat itu, secara teori menyebutkan bahwa perbedaan tekanan udara sebesar 2.5 ounce per inci persegi dapat menghasilkan gaya angkat 20 pound per kaki persegi ( 1 kaki = 20 cm). Bisa dihitung, kalau luas sayap pesawat 1000 kaki persegi maka gaya angkat yang dihasilkan akan mencapai 10 ton.
Pada helikopter, fungsi sayap digantikan oleh baling-baling yang setiap baling-balingnya meski berukuran lebih kecil dari sayap pesawat biasa, namun ketika diputar, curvanya relatip sama dengan sayap pesawat. Untuk mendapatkan gaya angkat, baling-baling rotor harus diarahkan pada posisi tertentu sehingga dapat membentuk sudut datang yang besar. Prinsipnya sama dengan pesawat bersayap tetap, pada helikopter ada dua gaya besar yang saling memberi pengaruh. Aliran udara yang bergerak ke depan baling-baling menekan baling-baling sehingga bilah baling-baling terdorong balik ke belakang menghasilkan suatu gaya angkat kecil. Tetapi ketika ketika aliran udara bergerak cepat melewati bagian atas dan bawah bilah-bilah baling-baling, tekanan udara yang besar diantara baling-baling otomatis akan mengembang ke seluruh permukaan yang bertekanan lebih rendah, menyebabkan baling-baling terdorong ke atas dan helikopterpun terangkat. Yang perlu diingat, meski bilah-bilah baling-baling itu hanya beberapa lembar, namun dalam keadaan berputar cepat, ia akan membentuk suatu permukaan yang rata dan udara yang menekannya ke atas menimbukan tekanan besar yang akhirnya menghasilkan gaya angkat yang besar pula. Prinsip ini sama dengan fungsi propeler pada pesawat bermesin turboprop dan sama pula dengan "kitiran" mainan anak-anak itu.
Beberapa helikopter yang digunakan dalam perang, seperti Mi-26 Hind misalnya dilengkapi dengan sayap kecil yang disebut canard, fungsi pertamanya untuk meringankan beban rotor utama dan yang kedua untuk meningkatkan laju kecepatan dan memperpanjang jangkauan jelajah. Fungsi lain adalah sebagai gantungan senjata, rudal dan lain-lainnya. Dengan menambahkan sayap pendek ini, maka perbedaan fungsional antara pesawat tetap dengan helikopter menjadi samar. Pesawat bersayap tetap juga ada yang mampu terbang-mendarat secara vertikal (Vertical Take-off Landing/VTOL). Contoh: Harrier dari jenis Sea Harrier atau AV-8 Harrier.
Kelebihan pesawat bersayap tetap, terutama soal terbangnya karena pesawat berjenis ini memiliki platform yang lebar sehingga relatif lebih stabil saat melakukan penerbangan. Soal menerbangkannya, itu persoalan mengatur kemudi guling pada sayap dan stabilizer tegak dan datar yang ada pada ekornya. Tetapi pada Helikopter tidaklah demikian. Ketika bilah-bilah baling-baling rotornya menghasilkan gaya angkat rotornya sendiri sendiri bekerja memindahkan udara di atasnya ke bawah sebanyak banyaknya. Disaat itu berat udara yang dipindahkan mengurangi berat helikopter sehingga helikopter itu terangkat. Dan bila helikopter itu terangkat, berarti terjadi keseimbangan berat antara udara yang dipindahkan dari atas ke bawah dengan bobot helikopternya. Untuk mengoperasikan helikopter itu ada alat kemudi yang biasa disebutcollective pitch dan cyclic pitch masing-masing berfungsi sebagai pengatur gaya angkat dan pendorong helikopter untuk melaju ke depan.
2. Tail Rotor


Quote:
Begitu pula halnya dengan konfigurasi rotor, bukan hanya sekedar bisa berputar lalu terbang dan mengambang. Sebab setap baling-baling diputar akan selalu menimbulkan tenaga putaran yang disebut dengan istilah umum torque. Untuk menghilangkan atau menangkal tenaga putar yang bisa menyebabkan badan helikopter itu berputar, maka perlu dipasang antitorque.
Antitorque ini dapat berupa tail rotor atau rotor ekor yang dipasang pada ekor pesawat yang juga berfungsi sebagai rudder. Konfigurasi ini dapat dilihat pada helikopter umumnya seperti Bell-412, Bell-205 atau UH-1 Huey, atau NBO-105, dan AS-330 Puma atau AS-335 Super Puma, AH-64 APACHE atau Mi-24 HIND. Selin menggunakan tail rotor, masih ada beberapa desai yang lain. Misalnya yang menggunakan sistem tandem seperti yang digunakan pada helikopter Boeing CH-47 Chinook atau CH-46 Sea Knight. Kedua rotor tersebut yang bersama-sama berukuran besar masing-masing ditempatkan di depan dan di belakang badan helikopter. Keduanya simetris namun memiliki putaran yang berlawanan arah . Maksudnya untuk saling meniadakan efek putaran yang ditimbulkan satu sama lain, intermesh dalam bahasa populernya. Cara lain adalah dengan konfigurasi egg-beater. Konfigurasi rancang bangun seperti ini digunakan pada helikopter Ka-25 Kamov buatan Rusia atau Kaman HH-43 Husky. Kedua baling-baling yang sama besarnya itu diletakkan dalam satu poros, terpisah satu sama lain dimana yang satu diletakkan diatas rotor lainnya. Keduanya berputar berlawanan arah. Maksudnya untuk menghilangkan efek putaran atau torque.
Selain itu, dibuat juga konfigurasi tanpa rotor ekor. Helikopter ini desebut NOTAR (No Tail Rotor) ini memiliki sistem yang sedikit berbeda dengan sistem yang ada dimana memanfaatkan semburan gas panas dari mesin utama yang disalurkan melalui tabung ekor. Contoh: MD-902 Explorer.
3. Rotor Aktif atau Tilt Rotor dan Sayap Aktif atau Tilt Wing


Quote:
Tinggal landas dan mendarat ala helikopter tetapi berkarakter terbang macam pesawat bersayap tetap merupakan konsep yang dianut oleh helikopter jenis ini. Cara termudah adalah menggabungkan konsep kerja pesawat helikopter dengan pesawat bersayap tetap dalam satu wujud.
Prinsip kerjanya secara teknis bila rotor utama diarahkan ke atas maka gerakan vertikal yang dilakukan helikoter dapat dilakukan sedangkan saat rotor diarahkan ke depan atau ke belakang (sebagai pursher atau pendorong) maka karakter terbang seperti pesawat tetap dapat diperoleh. Gerakan rotor seperti ini tidak perlu melibatkan sayap.
Sebenarnya pengembangan rotor aktif ini masih diliputi kegamangan, masalahnya adalah sistem tadi bisa saja disebut pesawat bersayap tetap karena memiliki sayap yang berlumayan besar, sekaligus memiliki ekor pesawat yang berkonfigurasi dengan pesawat bersayap tetap biasa. Akhirnya konsep ini disebut konsep hybrid. Contoh helikopter ini: V-22 Osprey. Selain konsep rotor aktif, ada pula konsep sayap aktif, dimana yang digerakkan bukanlah rotor seperti pada rotor aktif melainkan sayap pesawatnya. Sementara mesin tetap pada kedudukannya. Contoh helikopter ini: TW-68 (Ishida Corporation, Jepang) Rancangan ini disebut-sebut sebut sebagai memiliki rancangan yang lebih ringkas dibandingkan dengan rotor aktif hanya sayangnya keberlanjutannya tidak begitu terdengar.


Komentar

Postingan Populer